Di tengah hiruk-pikuk pemberitaan bencana alam yang melanda negri ini, ada sebuah pemberitaan media yang menarik perhatian saya yang diterbitkan oleh sebuah surat kabar ibukota pada 31 Oktober 2010 dengan judul “Merasa Satu Tubuh, Rakyat Gaza Bantu Korban Mentawai dan Merapi.”
Berikut Isi pemberitaan tersebut,
“Rakyat Gaza, Palestina, kembali menunjukkan rasa ukhuwah dan solidaritasnya kepada rakyat dan bangsa Indonesia yang terus dilanda bencana, khususnya bencana tsunami di Mentawai dan letusan gunung Merapi di Yogyakarta. Rakyat Gaza menyumbang masing-masing sebesar dua ribu dolar AS untuk korban tsunami dan letusan gunung Merapi.
Ziad Said Mahmud asal Gaza, kordinator bantuan kemanusiaan internasional Palestina dan juga Direktur Al-Sarraa Foundation menjelaskan, sumbangan untuk korban bencana di Indonesia merupakan hasil keputusan musyawarah antara ulama dan rakyat Palestina, baik yang ada di Jalur Gaza maupun di Suriah. Demkian ujar Ziad dalam siaran pers yang diterima Republika di Jakarta, Ahad (31/10).
Lebih lanjut, Ziad menjelaskan, “Kami tahu, jumlah ini tidak seberapa dibandingkan kesusahan yang sedang dialami saudara-saudara kami di Mentawai dan Merapi. Tapi terimalah ini sebagai tanda cinta kami. Kita satu tubuh. Kalian sakit, kami ikut sakit, sebagaimana kalian merasa sakit ketika melihat kami sakit dan menderita karena dijajah Israel,”
Bantuan untuk korban Tsunami di Mentawai sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Ustadz Ferry Nur, Ketua KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), sedangkan bantuan untuk korban letusan Gunung Merapi juga sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Amirul Iman, Direktur Operasional Sahabat Al-Aqsha.
”Insya Allah, bantuan dari rakyat Gaza, Palestina akan kami sampaikan kepada mereka yang berhak secara langsung dan saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kepeduliannya kepada rakyat dan bangsa Indonesia,” ujar Ustad Ferry Nur.
Beberapa kali rakyat Gaza memberikan sumbangan untuk korban bencana di Indonesia. Sebelumnya pada 2006, rakyat Gaza juga memberikan sumbangan sebesar Rp 5 juta bagi korban gempa di Yogyakarta dan Klaten, Jawa tengah.
Begitu pula saat gempa bumi tektonik berkekuatan 7,6 skala richter di Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang, Sumatra Barat. Rakyat Gaza tak lupa memberikan sumbangan yang diserahkan melalui pengurus KISPA.
Sejenak saya berpikir dan teringat sesuatu. Saya menengok meja kerja saya, terlihat oleh saya secarik kertas yang saya pasang disana berisi kutipan perkataan Ali bin Abi Thalib, yang berbunyi “Sesungguhnya, amal perbuatan yang paling sulit dilakukan ada 4 macam. Pertama, memberi maaf ketika sedang marah. Kedua, dermawan ketika kita sendiri sangat membutuhkan. Ketiga, menjaga kehormatan diri di saat sedang sendiri. Dan keempat, berkata benar kepada orang yang ditakuti (pemimpin) atau orang yang diharapkan (bantuannya).”
Kita sadari betul bahwa Palestina, khususnya di Gaza, dalam keadaan kesulitan dan kesusahan. Bahkan, beberapa negara, termasuk Indonesia, terus berusaha mengirimkan bantuan kemanusiaan ke sana. Keadaan penduduk di sana dalam keadaan sangat sulit dan kekurangan, di bawah penjajahan dan blokade zionis Israel. Setiap saat nyawa mereka bisa saja melayang. Namun, dalam situasi dan kondisi seperti itu, mereka masih ingat dan mau membantu saudaranya nun jauh di sana yang sedang tertimpa bencana. Mereka bukan hanya mengirimkan bantuan materi, tetapi juga diiringi do’a bagi Indonesia.
Memang, dari segi nominal, jumlah yang mereka sumbangkan ‘tidak seberapa’. Namun, hal itu sangat besar artinya di mata Sang Maha Kaya. Bukankah sumbangan 1.000 rupiah lebih besar dalam pandangan-Nya bagi pemilik uang 5.000 rupiah, ketimbang sumbangan satu juta rupiah bagi pemilik uang satu milyar. Jika sumbangan itu diberikan dalam keadaan keuangan si pemberi berlebih, hal itu mungkin mudah dilakukan. Namun, mereka justru memberikan sumbangan di saat mereka kekurangan dan butuh bantuan. Luar biasa!
Jika mereka yang kekurangan dan butuh bantuan saja masih mau memberi, bagaimana dengan kita?
Sumber : Kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar